Manager Program Bioenergi Trend Asia, Amalya Reza Oktaviani mengungkapkan bahwa perluasan penerapan bioenergi, seperti biofuel (bahan bakar nabati/BBN) dan biomassa, tidak dapat dianggap sebagai solusi utama dalam transisi energi yang berkeadilan. Dalam sebuah diskusi daring bertajuk “Meneropong Bioenergi di Tangan Calon Presiden dan Wakil Presiden 2024-2029,” Amel, sapaan akrabnya, menyoroti bahwa pemanfaatan bioenergi, mulai dari pembukaan lahan hingga penggunaannya sebagai bahan bakar, tetap menghasilkan emisi.
Contohnya, klaim bahwa penggunaan biomassa sebagai campuran bahan bakar untuk Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) batu bara atau co-firing dapat menurunkan emisi, dianggap keliru oleh Amel. Menurutnya, pembakaran biomassa tetap menghasilkan emisi karbon yang berkontribusi terhadap gas rumah kaca penyebab perubahan iklim. Selain itu, kebutuhan biomassa untuk co-firing juga dapat memperpanjang usia PLTU batu bara yang sudah tua dengan emisi tinggi, yang sebenarnya bertentangan dengan upaya memensiunkan PLTU batu bara.
Poin kritis lain yang disampaikan oleh Amel adalah bahwa memenuhi kebutuhan biomassa untuk co-firing akan memerlukan produksi dari hutan tanaman energi (HTE), yang pada akhirnya memerlukan pembukaan hutan alam. Ini berpotensi merugikan kehidupan masyarakat adat atau warga sekitar yang sebelumnya menggantungkan hidup dari kehutanan.
Wakil Ketua Dewan Pakar Tim Kampanye Nasional (TKN) Prabowo-Gibran Drajad Hari Wibowo mengakui pentingnya bioenergi dalam transisi energi. Namun, dia juga mengakui bahwa bioenergi perlu mendapatkan batasan waktu sebelum akhirnya menggunakan sumber energi terbarukan lain, seperti panas bumi, surya, dan hidro.
Meskipun terdapat kontroversi seputar peran bioenergi dalam transisi energi, para pemangku kebijakan sepakat bahwa fokus pengembangan energi terbarukan perlu ditempatkan pada sumber-sumber lain yang lebih berkelanjutan. Diskusi ini mencerminkan kompleksitas tantangan dan pertimbangan yang terlibat dalam merancang kebijakan energi yang berkeadilan dan berkelanjutan di Indonesia.
Demikian informasi seputar potensi manfaat dan kerugian bioenergi dalam transisi energi. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Pendirianperusahaan.Com.
Tags: Amalya Reza Oktaviani, BBN, Bionergi, Bisnis, Ekonomi, Gas Rumah Kaca, Keuangan, PLTU, Program Bioenergi, Tim Kampanye Nasional, Transisi Energi