Ekspansi Energi Panas Bumi di Indonesia: Rajawali dan Barito Pimpin Investasi

Bisnis energi panas bumi semakin menarik perhatian pebisnis di Indonesia. Negara ini menyimpan sekitar 40% cadangan panas bumi dunia, menjadikannya sebagai pemain kunci dalam industri energi terbarukan global. Potensi ini mendorong sejumlah perusahaan besar untuk berinvestasi dan mengembangkan proyek energi panas bumi di berbagai wilayah.

Grup Rajawali melalui PT Archi Indonesia Tbk (ARCI) baru-baru ini mengumumkan pembentukan joint venture dengan PT Ormat Geothermal Indonesia. Perusahaan gabungan ini, bernama PT Toka Tidung Geothermal, akan menggarap proyek panas bumi berkapasitas 40 megawatt (MW) di Sulawesi Utara.

Proyek ini sedang diajukan ke Kementerian Hukum dan HAM dan akan melalui tahap eksplorasi lanjutan serta pembangunan pabrik, diharapkan dapat menyediakan tambahan daya listrik yang signifikan untuk wilayah tersebut.

Di sisi lain, PT Barito Renewables Tbk (BREN) melalui anak usahanya, Star Energy Geothermal terus memperluas kapasitas energinya. BREN sedang merealisasikan peningkatan kapasitas total panas bumi sebesar 116 MW di lokasi operasinya di Salak, Darajat, dan Wayang Windu.

Dari total kapasitas tambahan ini, 53 MW akan berasal dari pengembangan Salak Binary dan program retrofit. “Penambahan kapasitas ini diperkirakan akan meningkatkan pendapatan hingga sekitar US$40 juta per tahun,” ujar Direktur Utama BREN, Hendra Tan.

PT Pertamina Geothermal Energy Tbk (PGEO) juga tidak ketinggalan dalam pengembangan bisnis energi panas bumi. PGEO sedang dalam proses akuisisi blok panas bumi Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) PT Sorik Marapi Geothermal Power (SMGP) milik KS Orka. “Kami masih meninjau dan melakukan negosiasi. Jika ada kesempatan, kami pasti akan mengambilnya,” kata Direktur Utama PGEO, Jufli Hadi.

Selain itu, PT Medco Energi Internasional Tbk (MEDC) juga berkomitmen dalam pengembangan energi panas bumi melalui proyek Pembangkit Listrik Tenaga Panas Bumi (PLTP) Ijen. Proyek ini dijalankan oleh PT Medco Cahaya Geothermal (MCG) dalam kemitraan dengan Ormat Geothermal Power, yang menunjukkan sinergi kuat dalam memajukan industri geothermal di Indonesia.

Meski prospek bisnis energi panas bumi di Indonesia sangat menjanjikan, masih banyak tantangan yang harus dihadapi. Sekretaris Jenderal Asosiasi Panas Bumi Indonesia (API), Riza Pasikki, menekankan risiko tinggi dalam eksplorasi dan biaya investasi awal yang besar sebagai hambatan utama. “Risiko eksplorasi yang tinggi dan regulasi yang kurang mendukung masih menjadi kendala utama bagi investor,” ungkapnya.

Namun demikian, dengan potensi yang sangat besar dan meningkatnya perhatian global terhadap energi terbarukan, bisnis energi panas bumi di Indonesia terus menarik minat investasi. Pengembangan infrastruktur dan penyederhanaan regulasi diharapkan dapat lebih mendorong pertumbuhan sektor ini, menjadikannya kontributor utama bagi pasokan energi bersih di masa depan.

Demikian informasi seputar perkembangan bisnis energi panas bumi. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Pendirianperusahaan.Com.