Teror Bom Tidak Mempengaruhi Iklim Investasi Indonesia

Serangkaian aksi teror yang terjadi di beberapa daerah di Indonesia seperti Surabaya, Sidoarjo, dan yang terakhir di Mapolda Riau telah memicu kekhawatiran iklim investasi Indonesia. Pemerintah dan ekonom mengungkapkan bahwa adanya aksi teror tersebut akan berdampak terhadap investor.

Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (Indef) Bhima Yudhistira mengungkapkan bahwa tindakan pemerintah dalam mengatasi aksi teror akan mengembalikan kepercayaan investor. Saat ini investor melihat respon dari pemerintah dalam menangkap otak dari aksi teror tersebut.

“Semakin cepat respon dari pemerintah maka investor akan merasa lebih nyaman dan yakin berinvestasi di Indonesia”, uangkap Bhima Yudhistira.

Bhima juga menambahkan jika faktor keamanan akan menjadi pertimbangan utama para investor dalam menanamakan modalnya di Indonesia investasi indonesia. Namun jika melihat pada insiden yang terjadi di Mako Brimob, saat itu dollar AS turun dari Rp 14.000 menjadi Rp 13.000.

Artinya dampak dari insiden-insiden yang ada dampaknya cenderung kecil. Investor lebih melihat data ekonomi makro serta tren kenaikan bunga acuan The Fed.

Teror Bom Tidak Mempengaruhi Iklim Investasi

Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Bappenas Bambang Brodjonegoro mengungkapkan jika teror bom yang terjadi memang akan berdampak terhadap minat investor untuk datang ke Indonesia. Namun demikian, dampak tersebut tidak signifikan atau tidak dalam jangka waktu yang lama.

Menurut Bambang, sektor yang paling terasa dampaknya adalah sektor pariwisata. Beberapa negara sudah mengeluarkan travel warning pasca aksi teror di Surabaya. Untuk itu, pemerintah harus terus meyakinkan jika Indonesia aman dan tidak ada gangguan jangka panjang.

Sementara Menteri Perdangan Enggartiasto Lukita mengungkapkan  bahwa investor tetap yakin otoritas keamanan yang ada di Indonesia dapat mengatasi hal tersebut sehingga aksi-aksi teror tidak berlanjut.

Seperti yang diberitakan sebelumnya bahwa telah terjadi aksi teror di berbagai daerah di Indonesia seperti Surabaya, Sidoarjo, dan di Riau. Dalam aksi teror tersebut, terdapat 21 orang korban meninggal, dan 41 korban luka-luka.

Presiden Jokowi dan pejabat tinggi negara langsung meninjau lokasi pengeboman di Surabaya. Dalam kunjungan tersebut, presiden mengutuk keras aksi terorisme dan radikalisme. Tindakan tersebut merupakan aksi biadab yang mengatasnamakan agama.