Perusahaan BUMN Raup Rp 202,5 Triliun dari Pertemuan IMF-World Bank di Bali

Deputi Bidang Restrukturisasi dan Pengembangan Usaha Kementerian BUMN Aloysius Kiik Ro mengungkapkan bahwa perusahaan BUMN meraup Rp 202,5 triliun dari pertemuan IMF-WB yang dilakukan di Bali.

Aloysius menambahkan bahwa keuntungan yang didapat Indonesia sebenarnya lebih dari hal tersebut karena nilai sebesar itu hanya dari pertemuan tekni pada Forum Investasi Infrastruktur yang melibatkkan Kementerian BUMN, Bank Indonesia, Kementerian Keuangan, dan OJK.

Hasil pertemuan teknik di kalangan BUMN dengan para investor dalam pertemuan tahunan tersebut beberapa diantaranya sebenarnya sudah dilakukan beberapa tahun terakhir, namun dengan adanya pertemuan IMF-WB banyak investor yang merasa yakin untuk melanjutkan kerja sama.

Dalam pertemuan IMF-World Bank di Bali, BUMN tidak hanya dapat memanfaatkan momen, namun juga menjadi sponsorship pertemuan dan melakukan promosi.

Terkait dengan potensi bisnis yang ada akhirnya Kementerian BUMN meminta izin kepada pihak IMF-WB untuk membuat agenda pertemuan teknis yang melibatkan BUMN dan para investor dunia. Pertemuan tersebut terdiri dari empat sesi terkait kelistrikan, energi, infrastruktur, dan teknologi.

Investasi terbesar diperoleh PT Pertamina Persero yang bekerja sama dengan perusahaan minyak dan gas di Taiwan, CPC Corporation. Nilai kerja sama tersebut mencapai 6,5 miliar dollar AS. Pertamina dan CPC akan membangun pabrik bahan baku petrokimia dengan skala internasional. Pabrik tersebut tersebut nantinya akan menghasilkan produk turunan dari minyak mentah yang dapat menjadi nilai tambah untuk Indonesia.

Selain Pertamina, perusahaan lain di sektor energi adalah Antam dan Inalum yang bekerjasama dengan perusahaan Cina, Aluminium Corporation of Cina Limited (Chalco) di Mempawah, Kalimantan Barat dengan nilai investasi sebesar 850 juta dollar AS.

Aloysisus menambahakan bahwa kerjasama antara Antan, Inalium, dan Chalco dapat menghasilkan alumina 1 juta per ton, padahal selama ini alumina 100 persen impor. Sehingga dengan adanya proyek kerjasama tersebut dapat meneka impor serta menghemat devisa mencapai 650 juta dolar AS. Selain itu, pertemuan teknik tersebut juga menghasilkan pendanaan alternatif yang menghasilkan sinergi antara AIA dengan Taspen.