Kerja Sama Indonesia dan Jepang Lahirkan Tenaga Ahli Baru

Hubungan kerja sama Indonesia dan Jepang di bidang Infrastruktur telah memasuki usia 60 tahun. Di usia yang tergolong lama ini kedua negara sepakat mengadakan Symposium on Indonesia-Japan Development Cooperation.

Kepala Balitbang Danis Sumadilaga mengungkapkan jika kerja sama kedua negara memang paling banyak pada sektor infrastruktur. Namun demikian, sektor lain juga diperkirakan akan ikut berkembang dan semakin kuat.

Danis menambahkan jika pada periode pertama, kerja sama di bidang infrastruktur lebih ke pembangunan sumber daya air seperti bendungan. Untuk saat ini, keja sama meluas ke sektor jalan tol, sanitasi, dan perumahan. Nilai kerja sama infrastruktur Indonesia-Jepang khusunya pada Kementerian PUPR dengan Internasional Coorperation Agency (JICA) mencapai USD 1,1 miliar.

Kerja Sama Indonesia dan Jepang

Menurut Danis kerja sama antara Indonesia-Jepang selain terwujudnya pembangunan fisik juga dapat melahirkan tenaga konstruksi di Indonesia. Seperti yang terjadi pada tahun 1960-1970, kerja sama Indonesia Jepang dalam pembangunan bendungan di wilayah Jawa Timur mampu meningkatkan kemampuan insinyur di Indonesia. Saat itu juga lahir Perum Jasa Tirta 1 yang mengelola Daerah Aliran Sungai Brantas dan berdirinya PT Indra Karya, dan BUMN jasa konsulsai bidang sumber daya air.

Pada masa itu, ada sejumlah bendungan yang telah dibangun berkat kerja sama kedua negara antara lain Bendungan Selorejo, Bendungan Wlingi, Bendungan Lahor, dan Bendungan Karangkates.

Kerja sama Indonesia-Jepang lainnya adalah dalam pembangunan Sabo Dam untuk menahan aliran banjir lahar erupsi gunung berapi. Saat ini sudah ada sekitar 464 Sabo di Indoensia dan yang terbanyak berada di Lereng Gunung Merapi.

Dalam kerja sama tersebut, Indonesia akhirnya memiliki ahli Sabo dan telah dibentuk Balai Sabo di Yogyakarta sekaligus sebagai pusat riset dan pengembangan teknologi Sabo.

Sektor lainnya adalah jalan tol, yakni pembangunan Tol Akses Pelabuhan Tanjung Priok. Tol Akses Pelabuhan Patimban di Subang, serta Tol Padang-Pekanbaru Seksi II Sicincin-Payakumbuh dengan panjang 78 km. Pembangunan tol tersebut juga termasuk pembangunan lima terowongan dengan total panjang 8,9 km yang menambus bukit barisan.

Jepang memang sangat berpengalaman dalam pembangunan terowongan sehingga kerjsama tersebut dapat meningkatkan kemampuan ahli konstruksi di Indonesia.