Indonesia terus memperkuat langkah menuju keberlanjutan dengan memanfaatkan keanggotaan dalam BRICS untuk mendorong potensi kerja sama investasi hijau. Peneliti Center of Economic and Law Studies (Celios), Yeta Purnama menilai bahwa sebagai bagian dari Global South, Indonesia memiliki peluang besar untuk mengembangkan pasar modal yang ramah lingkungan.
“Urgensi utama bagi negara Global South adalah mengurangi dominasi investasi di sektor ekstraktif. Keberadaan Indonesia di BRICS diharapkan dapat memaksimalkan kerja sama green investment untuk pertumbuhan hijau,” ujar Yeta, Rabu (8/1).
Sektor energi terbarukan menjadi prioritas utama dalam kerja sama ini. Presiden Prabowo Subianto telah menetapkan target ambisius untuk mengembangkan pembangkit energi baru terbarukan (EBT) sebesar 75 gigawatt (GW) hingga 2040.
Proyek-proyek itu mencakup berbagai teknologi berkelanjutan, seperti baterai penyimpanan energi atau BESS (Battery Energy Saving Storage), komponen panel surya, serta pembangkit listrik tenaga angin dan mikrohidro.
Potensi dan Tantangan Investasi Hijau
Direktur Eksekutif Celios, Bhima Yudhistira, mengungkapkan bahwa kebutuhan pembangkit EBT hingga 2040 mencakup panel surya sebesar 27 GW, tenaga angin 15 GW, mikrohidro 25 GW, dan kapasitas BESS mencapai 32 GW. Investasi yang dibutuhkan untuk pengembangan BESS saja diperkirakan mencapai USD 6 miliar atau sekitar Rp97,8 triliun dalam 15 tahun ke depan.
“Penguasaan teknologi baterai dalam negeri menjadi kunci, termasuk alternatif berbasis LFP selain nikel,” ujar Bhima. Selain itu, pengembangan transmisi grid juga menjadi kebutuhan mendesak untuk mendukung pengoperasian pembangkit berbasis EBT.
Langkah ini memperkuat posisi Indonesia sebagai pemain utama dalam investasi hijau di kawasan Global South. Keanggotaan di BRICS diharapkan tidak hanya mempercepat transisi energi, tetapi juga meningkatkan daya saing teknologi hijau di pasar global.
Demikian informasi seputar perkembangan investasi hijau di Indonesia setelah bergabung dengan BRICS. Untuk berita ekonomi, bisnis dan investasi terkini lainnya hanya di Pendirianperusahaan.Com.