Konsumsi masyarakat Indonesia terhadap Liquefied Petroleum Gas (LPG) disebut terus melonjak. Sayangnya lonjakan tersebut dibarengi pula dengan impor LPG demi memenuhi permintaan masyarakat akan LPD yang terus naik. Di sisi lain pemerintah terus mencari cara efektif impor LPG.
Sebagai informasi, menurut data Handbook of Energy and Economic Statistics of Indonesia 2023, impor LPG di sepanjang tahun 2023 telah berada di angka 6,950 juta ton atau 79,7% dari jumlah total kebutuhan LPG nasional yang sebanyak 8,710 juta ton.
Angka tersebut diketahui melonjak jika dibandingkan dengan impor LPG 2022 yang hanya sebesar 6,739 juta ton atau naik sebesar 3,13%. Sedangkan jika menilik ke belakang selama 10 tahun terakhir, impor LPG yang dilakukan oleh Indonesia diketahui terus naik tiap tahunnya.
Adanya lonjakan impor LPG juga dikatakan oleh Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia. Salah satu keresahan itu disampaikan Bahlil saat Rapat Kerja bersama Komisi VII DPR RI.
Dalam kesempatan itu Bahlil mempertanyakan kondisi impor LPG yang terus dilakukan. Ia juga mempertanyakan kemampuan Indonesia dalam membangun industri di sektor tersebut.
“Gas kita LPG konsumsi 7 juta, dalam negeri hanya 1,8 juta produksi kita. Sisanya kita impor, kenapa negara ini gini terus? Apa gak bisa kita bangun industri itu, atau sengaja dibiarkan untuk importir main terus,” tanya Bahlil, dikutip Rabu, 28 Agustus 2024.
Cara Cara Efektif Tekan Impor LPG Lewat Jargas
Terkait lonjakan impor LPG Indonesia, pemerintah lewat Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) terus berupaya menyusun strategi paling efektif untuk menekan impor. Strategi tersebut mencakup solusi untuk menekan konsumsi LPG ukuran 3 kg yang berupa memperbanyak serapan jaringan gas rumah tangga (jargas).
Jargas adalah program pemerintah berupa penyediaan akses masyarakat ke gas bumi melalui jaringan pipa langsung ke sektor rumah tangga. Jasgas akan menjadi alternatif dalam penggunaan LPG, gas yang dikemas di sebuah tabung.
Program Jargas sendiri sudah berjalan. Hingga saat ini ada kurang lebih 900 ribu rumah di Indonesia yang sudah terhubung dengan pipa gas. Ditargetkan sampai akhir 2024 jargas rumah tangga mampu mencapai 2,5 juta sambungan pipa.
Berdasarkan catatan Lemigas Kementerian ESDM, jargas yang telah terpasang di 900 ribu rumah tangga mampu menghemat subsidi yang diberikan pemerintah di angka Rp1,6 triliun.
Permasalahan Jargas
Meski jargas disebut mampu menghemat anggaran subsidi tabung gas rumah tangga, harga gas yang ditawarkan lewat jargas justru lebih mahal jika disandingkan dengan LPG 3 kg, dan lebih murah jika dibandingkan dengan LPG non-subsidi.
Namun, Sekretaris Jenderal Kementerian ESDM Dadan Kusdiana mengklaim bahwa jargas lebih memudahkan masyarakat karena pembeli tak perlu lagi menenteng tabung gas seberat 3 kg dari agen penyedia ke rumah.
“Kalau jargas yang pasti lebih aman dan tidak perlu beli-beli tabung,” tutur Dadan Kusdiana kepada ditemui awak media, Jumat (23/8).
Perlu diketahui, harga jual gas yang ditawarkan lewat jargas ada di level US$4,72 per MMBTU. Harga tersebut memang lebih tinggi jika dibandingkan dengan harga gas melon. Meski demikian Pemerintah terus berupaya mencari cara efektif tekan impor LPG lewat jargas salah satunya dengan melakukan analisa agar harga gas di jargas bisa lebih kompetitif dan membuat masyarakat tertarik.
Tags: Impor LPG, Liquefied Petroleum Gas, LPG